Loading...

 
                 



Kunjungan Assesment RDT Malaria oleh WHO di Balai Besar Laboratorium Biologi Kesehatan


Jakarta, 3–5 November 2025 — Balai Besar Laboratorium Biologi Kesehatan (BBLBK) menyelenggarakan kegiatan Visitasi Reassessment Lot Testing Rapid Diagnostic Test (RDT) Malaria. Kegiatan ini merupakan bagian dari proses penilaian menuju penetapan BBLBK sebagai National Reference Laboratory (NRL) Malaria di Indonesia.

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari di ruang rapat lantai 3 Biorepositori ini dihadiri oleh perwakilan dari World Health Organization (WHO), yaitu dr. Anupkumar Anvikar dari National Institute of Malaria Research, New Delhi, India, serta dr. Ajib Diptyanusa dari WHO Indonesia. Turut hadir pula perwakilan dari beberapa direktorat di lingkungan Kementerian Kesehatan, antara lain Direktorat Fasilitas dan Mutu Pelayanan Kesehatan Primer, Direktorat Tata Kelola Pelayanan Kesehatan Primer, Direktorat Pengawasan Alat Kesehatan, serta Direktorat Penyakit Menular.

Kegiatan dibuka secara resmi oleh Kepala BBLBK, dr. Darmawali Handoko, M.Epid, dan dilanjutkan dengan presentasi tindak lanjut atas hasil reassessment sebelumnya. Selama tiga hari, tim WHO bersama BBLBK melaksanakan serangkaian agenda meliputi evaluasi dokumen dan SOP, pengendalian dokumen, monitoring peralatan laboratorium, serta evaluasi audit internal penjaminan mutu. Selain itu, dilakukan pula peninjauan terhadap pelatihan dan sertifikasi personel, serta observasi langsung ke laboratorium.

Pada hari terakhir, dr. Anupkumar Anvikar memaparkan hasil observasi dan rekomendasi terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Hasil visitasi ini diharapkan dapat menjadi dasar penguatan kapasitas laboratorium dalam mendukung penjaminan mutu pengujian RDT Malaria di Indonesia.

Dalam sesi diskusi, dr. Anupkumar Anvikar menjelaskan bahwa saat ini National Reference Laboratory (NRL) Lot Testing RDT Malaria baru dimiliki oleh dua negara, yaitu India dan Nigeria. Beliau menegaskan bahwa apabila Indonesia melalui BBLBK dinilai telah memenuhi standar dan siap menjalankan peran tersebut, maka WHO akan menetapkan Indonesia sebagai Confirmatory Laboratory bagi India. Penunjukan ini akan menjadi capaian penting yang menunjukkan pengakuan internasional terhadap kapasitas dan sistem mutu laboratorium di Indonesia.

Melalui kegiatan ini, BBLBK berkomitmen untuk terus memperkuat peran dan kapasitasnya dalam mendukung sistem surveilans penyakit menular, khususnya malaria, serta memperkokoh kerja sama dengan WHO dan berbagai pemangku kepentingan dalam upaya peningkatan mutu layanan laboratorium kesehatan masyarakat di Indonesia.