Loading...

 
                 


Waspada! Risiko Penyakit Mengintai Nelayan yang Bekerja di Tengah Laut


 

Diposting oleh     : Admin BBLBK
Tanggal Posting  : 12-08-2024 | 05:33:13 am


Sumber Gambar: https://www.metrotvnews.com/play/bmRCejy1-6-kru-km-sri-mariana-ditemukan-tewas


Laut dalam kontek kekayaan alam merupakan sumber daya alam yang melimpah. Kondisi ini telah menjadi mata pencaharian utama bagi jutaan nelayan di Indonesia. Mereka berlayar jauh ke tengah samudra, berhadapan dengan cuaca ekstrem dan gelombang ganas, demi menghidupi keluarga. Namun, di balik keberanian dan kerja keras mereka, terdapat sisi lain yang jarang terungkap: ancaman terhadap kesehatan yang mengintai di setiap pelayaran selama berbulan bulan mencari ikan. Kehidupan nelayan dipenuhi dengan berbagai risiko kesehatan yang unik. Kondisi kerja yang berat, paparan lingkungan yang ekstrem, logistik pangan yang terbatas dan keterbatasan akses terhadap fasilitas kesehatan yang menjadi faktor utama yang menyebabkan tingginya angka penyakit di kalangan nelayan.

Artikel ini membahas beberapa risiko kesehatan utama yang sering dihadapi nelayan, penyebabnya, serta langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil. Dari beberapa penyebab penyakit ini dapat menjadi petunjuk diagnosis laboratorium untuk melihat agent mikroba penyebab atau bisa juga karena kurangnya asupan gizi. Berikut jenis kemungkinan penyakit yang timbul di kalangan nelayan.

1. Infeksi Saluran Pernapasan

Penyebab : Lingkungan laut yang lembap dan sering terpapar angin dingin membuat nelayan rentan terhadap infeksi saluran pernapasan. Kualitas udara yang buruk di kapal, terutama jika tidak ada ventilasi yang baik, dapat memperburuk masalah ini. Mikroorganisme seperti virus dan bakteri dari udara atau peralatan yang terkontaminasi juga berkontribusi pada infeksi.

Pencegahan: Penting untuk mengenakan pakaian hangat, menggunakan masker jika perlu, dan menjaga kebersihan udara di area kerja. Perawatan medis segera jika mengalami gejala infeksi saluran pernapasan juga sangat dianjurkan.

2. Infeksi Kulit

Penyebab
: Paparan langsung terhadap air laut yang mungkin terkontaminasi oleh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan parasit dapat menyebabkan infeksi kulit. Kelembapan tinggi dan sinar matahari yang intens juga dapat mengakibatkan masalah kulit seperti sunburn atau dermatitis.

Pencegahan: Menggunakan pelindung kulit seperti krim tabir surya dan pakaian pelindung dapat membantu. Juga penting untuk menjaga kebersihan tubuh dan peralatan, serta segera mengobati luka atau infeksi kulit.

3. Gangguan Kesehatan Gastrointestinal

Penyebab
: Paparan terhadap air laut yang terkontaminasi mikroorganisme, seperti bakteri dan virus, serta konsumsi makanan laut yang tidak segar atau tercemar dapat menyebabkan infeksi gastrointestinal. Kondisi ini sering diperburuk jika ada masalah dengan sanitasi dan kebersihan makanan.

Pencegahan: Memastikan kebersihan makanan dan air yang dikonsumsi serta menerapkan langkah-langkah pencegahan seperti mencuci tangan secara teratur dapat membantu. Memeriksa kualitas makanan sebelum dikonsumsi juga penting.

4. Cedera Fisik

Penyebab
: Nelayan sering menggunakan peralatan berat dan bekerja dalam kondisi yang berbahaya. Kecelakaan saat menangani peralatan atau saat bekerja di kapal dapat menyebabkan berbagai cedera fisik, dari luka ringan hingga patah tulang.

Pencegahan: Penggunaan perlindungan diri seperti sarung tangan, sepatu keselamatan, dan pelatihan keselamatan yang baik dapat membantu mengurangi risiko cedera. Penerapan prosedur keselamatan dan kewaspadaan juga penting.

5. Gangguan Kardiovaskular

Penyebab
: Aktivitas fisik yang berat, pola makan yang tidak sehat, dan stres yang tinggi dapat meningkatkan risiko gangguan kardiovaskular. Kekurangan vitamin dan mineral penting, seperti vitamin B12 dan asam folat, juga dapat berkontribusi pada masalah ini.

Pencegahan: Menjaga pola makan yang seimbang dengan mengurangi konsumsi lemak jenuh dan garam, serta melakukan olahraga secara teratur dan rutin memeriksakan kesehatan jantung sangat penting untuk mencegah gangguan kardiovaskular. Asupan vitamin yang cukup juga penting untuk menjaga fungsi tubuh secara keseluruhan.

6. Kekurangan Vitamin

Vitamin B1 (Thiamin)
Penyebab
: Kekurangan vitamin B1 dapat terjadi akibat pola makan yang tidak seimbang, terutama jika diet tidak mengandung cukup biji-bijian, daging, dan kacang-kacangan. Kondisi ini dapat diperburuk oleh konsumsi alkohol yang tinggi, yang dapat menghambat penyerapan vitamin B1. Gejala: Kekurangan vitamin B1 dapat menyebabkan beriberi, yang ditandai dengan gejala seperti kelemahan otot, gangguan koordinasi, pembengkakan kaki dan kerusakan saraf. Jika tidak diobati, dapat menyebabkan gangguan fungsi jantung dan sistem saraf.

Pencegahan:Mengonsumsi makanan yang kaya vitamin B1 seperti biji-bijian, daging, dan kacang-kacangan serta memastikan asupan yang cukup dari diet seimbang adalah langkah pencegahan yang efektif. Suplemen vitamin B1 juga bisa direkomendasikan jika diperlukan.

Vitamin C
Penyebab
: Kekurangan vitamin C sering terjadi jika konsumsi buah dan sayur yang segar tidak memadai. Vitamin C penting untuk fungsi sistem kekebalan tubuh dan kesehatan kulit. Gejala Kekurangan vitamin C1. dapat menyebabkan skurvi, yang ditandai dengan gusi berdarah, mudah memar, dan luka yang sulit sembuh.

Pencegahan: Mengonsumsi buah-buahan dan sayuran yang kaya vitamin C seperti jeruk, kiwi, dan paprika dapat mencegah kekurangan vitamin C.


Kasus Sejenis yang Mirip dengan Kejadian Kapal KM SRI MARIANA

  • Dari jurnal yang berjudul “ Beriberi Outbreak Among Commercial Fishermen, Thailand 2005” disebutkan ada kasus kejadian wabah beriberi yang menimpa ABK kapal Ship A yang terjadi pada tahun 2005. Kapal ini berlayar dari Thailand dan memiliki 28 anggota ABK/kru, terdiri dari 4 orang Thailand dan 24 orang Myanmar. Wabah ini terjadi setelah kru mengalami kekurangan asupan thiamine yang berkepanjangan, terutama karena mereka hanya mengonsumsi ikan dan nasi putih selama dua bulan terakhir perjalanan mereka . Dari 28 anggota kru, 15 di antaranya memenuhi definisi kasus beriberi yang mungkin, dengan tingkat serangan (attack rate) sebesar 53,6% . Dua orang meninggal di laut akibat kondisi yang konsisten dengan beriberi, dan dua orang lainnya tidak melapor untuk pemeriksaan . Gejala yang dilaporkan termasuk edema (60%), ketidaknyamanan dada (54%), dan dyspnea (27%). Investigasi lebih lanjut dilakukan untuk memberikan rekomendasi pencegahan dan kontrol, termasuk saran untuk mengonsumsi vitamin B kompleks atau multivitamin bagi mereka yang bekerja dalam waktu lama di laut.


  • Jurnal lainnya berjudul” Beriberi outbreak investigation in commercial fishermen in Ranong Province, Thailand, January 2016” Kasus wabah beriberi di kalangan awak kapal perikanan di Provinsi Ranong, Thailand. Dari 32 ABK yang teridentifikasi, 24 orang didiagnosis mengalami kekurangan vitamin B1, dan 6 orang di antaranya meninggal dunia (5 warga Kamboja dan 1 warga Thailand). Penyebab utama kekurangan ini adalah asupan nutrisi yang tidak memadai selama berada di laut dalam waktu lama. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan semua pasien memiliki kadar vitamin B1 yang rendah. Autopsi terhadap 6 korban meninggal menunjukkan bahwa penyebab kematian adalah gagal jantung dan gagal pernapasan akibat kekurangan vitamin B1. Untuk mencegah kejadian serupa di masa depan, disarankan agar awak kapal mengonsumsi vitamin B1 setiap hari jika berada di laut lebih dari satu bulan, serta pihak berwenang harus menyediakan makanan bergizi yang lengkap dan memberikan saran untuk menghindari makanan yang merusak vitamin B1 seperti Alkohol.



Kesimpulan

Nelayan menghadapi berbagai risiko kesehatan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka. Identifikasi penyebab risiko-risiko ini, termasuk mikroorganisme, kekurangan vitamin, serta penerapan langkah-langkah pencegahan yang sesuai sangat penting untuk menjaga kesehatan. Edukasi tentang risiko kesehatan, penerapan praktik kerja yang aman, dan akses ke layanan kesehatan yang memadai dapat membantu mengurangi dampak risiko-risiko tersebut dan meningkatkan kesejahteraan nelayan.



Korespondensi : Kambang Sariadji